Skip to main content

Didirikan sebagai museum peringatan di tahun 1908, awalnya merupakan bagian dari afiliasi Biro Koloni Kementerian Urusan Kependudukan. Negara-negara yang berbentuk kekaisaran di seluruh dunia pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 mendirikan museum dengan tujuan memamerkan kekayaan alam negara jajahannya. Museum Nasional Taiwan didirikan sebagai bagian dari salah satu perayaan tersambungnya jalur kereta api dari utara hingga ke selatan Taiwan, menampilkan beragam koleksi yang sangat representatif dari berbagai industri di Taiwan, dengan harapan dalam waktu yang singkat para tamu dapat dengan cepat memiliki gambaran yang tepat mengenai kondisi di Taiwan secara umum, tanggung jawab terhadap rancangan dan persiapan pameran dilaksanakan oleh Mori Ushinosuke. 

Saat pembukaan, museum bertempat di gedung Biro Lotre yang didesain oleh seorang arsitektur bernama Kondo Juro. Lokasinya berada di sisi utara gedung Po-ai Building yang kini terletak di Po-ai Road. Saat itu pemerintah menerbitkan lotre, namun kemudian penerbitan dibatalkan karena terdapat berbagai kritik dan penolakan, ruangan tersebut kemudian dijadikan sebagai ruang pamer oleh Biro Koloni. Saat terjadinya pengalihan jabatan dari Kepala Biro Lotre menjadi Kepala Biro Koloni Miyao Shunji mengatakan: “Saya kira museum ini merupakan museum ilmu pengetahuan alam, segala sesuatu mengenai flora, fauna, tambang dan mineral akan dikumpulkan dan koleksinya akan dipergunakan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan museum. Hal yang kedua adalah barang-barang koleksi bersejarah yang sempat hilang akan dipamerkan pula, hal ini akan menjadi fondasi bagi museum, dan akan didedikasikan untuk kepentingan disiplin ilmu di dunia di masa mendatang. Di saat ada warga asing yang datang ke Taipei untuk  kunjungan kerja, bila tidak terdapat museum yang bisa menampung barang-barang koleksi tentang Taiwan, bila tidak ada suatu tempat yang menampung barang-barang peninggalan terkait perkembangan sejarah Taiwan, maka mereka akan memandang rendah dan menghina kota Taipei kita”. Saat museum resmi dibuka pada tahun 1908, secara garis besar koleksi museum terbagi menjadi 3 kategori yaitu: sejarah alam, industri barang seni, serta benda-benda koleksi bersejarah; dan barang-barang koleksinya terbagi menjadi 20 kelompok, diantaranya meliputi benda-benda yang berkaitan dengan geologi dan mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, peralatan yang digunakan oleh umat manusia, ilmu mengenai sejarah dan pendidikan, pertanian, kehutanan, industri perairan, pertambangan, benda-benda seni, data-data perekonomian, dan lain sebagainya. Benda-benda tersebut menjadi koleksi awal museum. Setelah barang-barang koleksi museum dipindahkan dari gedung Biro Lotre, ruang pameran sempat difungsikan sebagai perpustakaan kegubernuran, akan tetapi gedung Biro Lotre terkena bom saat perang dan hilang tak berbekas.

Gubernur Jenderal Kodama Gentaro dan Kepala Administrasi Kependudukan Goto Shinpei meninggalkan masa jabatannya di tahun 1906, pemerintah memiliki rencana untuk mengenang keberhasilan beliau berdua dalam memerintah Taiwan. Saat itu “Berita Harian Taiwan” memberitakan bahwa “Segala sesuatu yang berhubungan dengan monumen peringatan ini sangat mirip dengan Arc de Triomphe (Gapura Kemenangan) yang berada di Paris. Bangunan seperti ini akan digunakan untuk menunjukkan bahwa keberhasilan mereka tiada duanya, dengan harapan bahwa kebesaran beliau akan selalu dapat dikenang oleh generasi mendatang sampai kapan pun juga. Seperti halnya Perancis yang memiliki seorang Napoleon Bonaparte, orang yang sangat diagungkan di masanya, menduduki hampir seluruh dataran Eropa, memiliki pengaruh dan kendali yang besar selama masa kekuasaannya, oleh karena itu didirikanlah Arc de Triomphe. Gerbang kemenangan ini dibangun dalam kurun waktu 30 tahun, biaya yang dikeluarkan lebih dari 1 milyar. Struktur bangunan sangat kokoh, ukiran-ukiran yang terdapat pada bangunan sangat indah, tiada duanya di dunia ini … dan saat perang Rusia-Jepang pecah, Kodama Gentaro berperan sebagai komandan perang dan memperoleh kemenangan. Taiwan mendapatkan sebuah kehormatan karena dipimpin oleh seorang gubernur jenderal yang luar biasa, oleh karena itu jasa-jasa beliau sangatlah tidak mungkin untuk tidak dikenang. Kodama Gentaro tidak hanya berjasa terhadap negara Jepang, bersama dengan Goto Shinpei beliau mengatur Taiwan dengan sangat baik. Begitu besar jasa beliau berdua, maka sangatlah tidak mungkin untuk tidak dikenang”. Berita lain menyebutkan bahwa “Keberhasilan Kodama Gentaro dan Goto Shinpei dalam memerintah Taiwan sangat nyata, dunia pun mengetahui hal tersebut, tidak perlu dibicarakan panjang lebar. Selama memimpin Taiwan, mulai dari peraturan hukum, tatanan perekonomian, perluasan wilayah jajahan, fasilitas jalan umum, transportasi, kesehatan, pendidikan, sangatlah bagus. Tingkat kejahatan pun dapat ditekan, penyakit menular juga bisa dikendalikan. Karena jasa-jasa beliau, Taiwan menjadi negara yang lebih maju dan beradab, penduduk di Taiwan dapat menikmati kehidupan yang lebih baik, kesejahteraan masyarakat pun meningkat.”

Meski pembangunan gedung peringatan bagi pejabat gubernur jenderal dan kepala administrasi kependudukan terdahulu tersebut dimulai oleh instansi kegubernuran Taiwan, akan tetapi sangatlah tidak mudah menggunakan dana anggaran negara, oleh karena itu kampanye penggalangan dana mulai diusulkan oleh para intelektual Taiwan melalui berbagai diskusi. “Meski kaisar sangat memperhatikan situasi yang terjadi di wilayahnya yang baru, para gubernur jenderal kini dan yang terdahulu pun berjasa, akan tetapi kinerja mereka belum bisa menyamai kinerja Kodama Gentaro dan Goto Shinpei selama 9 tahun, kinerja di segala aspek kehidupan, kemampuan beliau dapat dirasakan secara nyata”. Oleh karena itu “rakyat yang tinggal di dalam pulau ini sangat berterima kasih kepada beliau, hasil karya yang agung dan mulia, sesuatu yang abadi, yang akan menjadi suatu peringatan untuk jangka waktu yang panjang”.  Saat Goto Shinpei kembali ke Jepang dan mengemban tugas sebagai presiden perusahaan kereta api Machuria, “para pemuda Taiwan berkumpul di kota Taipei, mengambil kesempatan untuk mempertimbangkan rencana mereka. Melalui diskusi dan rapat yang berulang, baik masyarakat dari Jepang maupun dalam negara Taiwan, mereka memiliki kesepakatan, bertekad untuk membangun sebuah gedung peringatan yang besar”. Selain itu “masyarakat dalam negeri mengajukan keluarga Lin Ben Yuan dan Koo Hsien Jung sebagai wakil ketua dewan”, kedua orang tersebut “yang satu memiliki harta benda yang bernilai lebih dari puluhan juta, yang satunya lagi memiliki lebih dari jutaan uang". Kedua orang tersebut memiliki modal yang sangat besar, termasuk yang dermawan dan rendah hati, saling mendukung dan bahu-membahu, mempersiapkan pembangunan, memberikan contoh yang baik layaknya John D. Rockefeller dan Dale Carnegie. Pada tahun 1913, penggalangan dana masih berlanjut, Taman Baru Taihoku dipilih sebagai tempat pembangunan gedung peringatan, dan pembangunan berakhir pada tahun 1915, pada tanggal 18 April 1915 gedung peringatan telah berdiri megah. Sebuah berita yang dimuat di media massa ‘Taiwan Times’ edisi bulan Mei 1915 menggambarkan suasana saat itu sebagai “di antara para pengunjung yang datang, sangat penuh dan sesak, terdapat lebih dari 600 orang bangsawan dan pejabat”, Koo Hsien Jung yang mewakili penduduk Taiwan juga memuji keberhasilan Kodama dan Goto melalui sebuah puisi.

Pembangunan gedung peringatan menghabiskan dana sebesar 270.000 yen Jepang, luas bangunan sebesar 1.688 meter persegi, didesain oleh arsitek Ichiro Nomura dan Eiichi Araki, pembangunannya dilaksanakan oleh Takaishi Chuzo yang mewakili perusahaan kontraktor Takaishi Gumi. Konstruksi lampu diawasi oleh Harada Kinjiro, teknisi Kondo Juro dan Kira Souichi bertanggung jawab sebagai pengawas, mengambil gaya aristektur klasik yang sering ditemukan di museum di Eropa, pilar-pilar Dorik yang meniru kuil Yunani digunakan sebagai penyangga pedimen dan kubah ala Roma, bangunan berkedudukan di sisi selatan, pintu depan menghadap ke arah utara, kedua sisi bangunan sangatlah simetris, membentuk karakter Mandarin angka satu「一」, alun-alun di depan stasiun kereta api Taipei berhadapan langsung dengan museum, sisi utara bangunan menghadap ke sebuah jalan yang pada tahun 1922 diberi nama Omotecho Tori (kini bernama Guan Qian Road), sisi selatan bangunan menghadap ke Taman Baru Taihoku  (kini bernama Taman Perdamaian 228, biasa disingkat menjadi Taman 228), menjadikan museum seakan-akan merupakan bagian dari pemandangan di dalam taman. 

Secara keseluruhan bangunan museum menggunakan struktur beton bertulang, struktur bangunan di sayap kiri dan kanan gedung menggunakan batu bata dan beton bertulang, atap bangunan menggunakan rangka kayu dan atap genteng dengan bahan logam perunggu. Lantai ruang bawah tanah menggunakan campuran tanah dan beton beraspal agar tahan air dan anti rayap, dekorasi ruangan dalam meliputi: lantai beton bertulang pada sayap kiri dan kanan bangunan di lantai satu dan lantai dua, kemudian dilapisi dengan kayu dan terakhir menggunakan linoleum, lantai balkon menggunakan keramik yang diimpor dari Jepang.

Lantai di ruang tengah bangunan menggunakan marmer hitam yang diproduksi di Akasaka, provinsi Mino, Jepang (kini perfektur Gifu bagian selatan) dan batu kalsit putih yang diproduksi kota Mito, perfektur Ibaraki, Jepang, diatur sedemikian rupa hingga menyerupai tatanan mosaik, lantai di area pintu masuk dan koridor depan menggunakan keramik yang diproduksi di negara Jerman; lantai pada koridor lantai dua menggunakan marmer putih dan keramik hitam yang diproduksi sendiri di Taiwan, lantai ruang istirahat menggunakan kayu yang dilapisi oleh linoleum. Dinding bagian menengah ke bawah serta plint lantai (pembatas antara lantai dan dinding) menggunakan marmer yang juga diproduksi di Akasaka, provinsi Mino, Jepang, pegangan tangan menggunakan bahan perunggu kuning, plint lantai serta dinding bagian menengah ke bawah di ruang istirahat menggunakan bahan kayu. Dekorasi di bagian luar serta di bagian depan dan belakang tangga utama menggunakan batu andesit, dinding bagian menengah ke bawah menggunakan batu sikat (washed stone).   

Tujuan awal pembangunan gedung adalah sebagai tempat peringatan, ruang tengah utama (lobby) bangunan dikelilingi oleh 32 buah pilar dengan gaya Composite (gaya Corinthian yang lebih kaya akan ornamen), setiap pilar memiliki ketinggian 9,75 meter, diameter selebar 78,74 cm. Pencahayaan melalui kaca mozaik yang terletak tepat di bawah kubah berada di langit-langit dan memiliki ketinggian 16,46 meter. Gambar pada kaca mozaik adalah gambar lambang keluarga dari Kodama Gentaro dan Goto Shinpei yakni ‘kipas komando dan 5 lembar daun bambu’ serta ‘bunga tumbuhan rotan’, lambang keluarga beliau dapat dilihat pula pada lampu dinding yang menempel di pilar-pilar. Patung perunggu dari Kodama Gentaro dan Goto Shinpei dibuat oleh Shinkai Taketaro dan diletakkan di relung dinding yang berada di sisi kiri dan kanan ruang tengah. Ruang pamer dialokasikan di koridor panjang yang berada di sisi kiri kanan bangunan di lantai 1 dan lantai 2, saat pembangunan museum selesai, para petugas museum telah merasakan bahwa “ruangan terasa sempit, oleh karena itu lantai bawah tanah yang awalnya merupakan ruang persiapan kemudian difungsikan sebagai ruang pamer”.

Setelah perang berakhir, museum berada di bawah otoritas Kementerian Administrasi Publik Provinsi Taiwan, namanya berubah menjadi Museum Milik Provinsi Taiwan; kemudian berpindah di bawah otoritas Pemerintah Provinsi Taiwan, namanya pun berubah menjadi Museum Provinsi Taiwan, dikarenakan ruang pamer yang tidak mencukupi, balkon yang berada di sisi selatan gedung yang semula merupakan ruang terbuka yang dipergunakan sebagai tempat untuk melihat pemandangan taman ditiadakan, tembok-tembok pun dibangun sehingga koridor dapat digunakan sebagai ruang pamer. Antara tahun 1991 hingga 1996, museum direnovasi dibawah pengawasan Dinas Tata Ruang Kota dan Perumahan Rakyat Biro Konstruksi, pelaksanaan survei dan penelitian serta pengawasan desain dilakukan oleh kantor arsitek Han Kong yang dipimpin oleh Han Bao Teh, pelaksanaan renovasi dilakukan oleh perusahaan kontraktor Qing Ren, struktur kerangka kuda-kuda atap pada era Jepang semula menggunakan kayu diganti dengan struktur kerangka berbahan baja, menambah 1 tingkat di bagian atas bangunan menjadi lantai 3 sehingga luas ruangan bertambah kurang lebih 300 bing (satuan luas yang dipergunakan di Taiwan, setara dengan 991,5 meter persegi).  Terjadi gempa besar pada tanggal 31 Maret 2002, Lee Chian Lang bertindak selaku pimpinan tim penanggulangan krisis, mengadakan evaluasi kelayakan dan rencana penguatan struktur bangunan serta desain konstruksi perbaikan. Pelaksanaan renovasi dimulai pada tahun 2003, renovasi meliputi mendesain kembali alun-alun yang berada di depan gedung museum dengan meniadakan pagar-pagar besi, mengatur ulang fasilitas pipa kabel yang berada di dalam gedung, meniadakan langit-langit pembatas lantai 2 dan lantai 3, mengatur kembali pintu masuk, loket layanan informasi, kamar kecil, ruang audio visual. Pada tahun 2005, museum tergabung ke dalam jaringan sistem museum di wilayah utama ibukota yang dibawahi oleh Dewan Pembangunan Kebudayaan.